Langsung ke konten utama

Day 3. Memory


Salah satu hal menyebalkan dalam hidup adalah kau tidak bisa mengendalikan apa yang seharusnya kau jaga dan apa yang seharusnya kau lupa. Begitulah neuronmu bekerja. Semakin kau tanya mengapa, semakin pula kau tidak akan mendapat jawabnya.

Lebih menyebalkannya lagi, kau kadang tidak bisa menjaga dalam ingatanmu akan hal membahagiakan yang terjadi baru saja. Namun hal paling buruk yang pernah terjadi dalam hidupmu berabad lalu kerap berlarian dalam sulcus dan gyrus otakmu begitu saja, tanpa sedikitpun kau minta.

Kau sama sekali tidak punya kendali atas apa-apa yang menjadi memori. Tak ada yang perlu disesali. Kau hanya perlu berdamai dengan dirimu sendiri.

Kalau perlu, tenangkanlah dirimu sembari mendengarkan lagu Rehat dari Kunto Aji.

-Sal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku : The True Power of Water

Judul : The True Power of Water Penulis: Masaru Emoto Pengantar Buku : KH. Abdullah Gymnastiar Penerbit : MQ Publishing Tahun Terbit : 2006 Cetakan ke : 1 Tebal Buku : 192 halaman           Ini adalah buku ilmiah yang pernah meraih "The New York Times Best Seller"  yang ditulis oleh seorang saintis Jepang, Masaru Emoto.  The True Power of Water merupakan buku kedua Masaru Emoto setelah buku pertamanya, The Hidden Message in Water . Buku ini berisi tentang penelitian Emoto mengenai air dan kekuatannya yang menakjubkan. Penulis mengatakan bahwa penelitian yang dilakukannya tidaklah mudah, ia harus rela menghabiskan waktu berjam-jam di sebuah ruangan bersuhu -15 derajat celcius demi melihat dan mengambil gambar pengkristalan air yang hanya muncul sekitar 20-30 detik.            Penilitiannya membuktikan bahwa air memiliki pesan yang tersembunyi di dalamnya. Hal ini dikarenakan air sangat sensitif terhadap suatu energi yang sulit dilihat di alam semesta yang diseb

-a conflict

Dog days-dog days seem never be bored to bother me. My mind says "suicide?" My heart says "no, no" Maybe someday they'll say "long story short, i survived" Or maybe not. -Sal

Day 30. What I feel when I write

-Epilog- Lebih tepatnya aku malu dengan diriku sendiri karena kemampuan menulisku sudah tidak sebagus dulu lagi. Bahkan ketika aku memaksa diriku untuk menulis selama 30 hari, tetap saja aku tidak bisa mengembalikan apa-apa yang dulu kupunya. Mungkin aku telah berevolusi menjadi pribadi yang berbeda? Tapi aku senang. Aku jadi banyak berdialog dengan senandikaku sendiri, lebih tepatnya mendebat. Karenanya aku lebih memahami tentang diriku sendiri, terlebih tentang perasaan-perasaan yang kupikir sudah hilang, namun sebenarnya masih ada serpihannya barang sedikit hehe Aku berterima kasih kepada kalian semua yang sudah membaca tulisan-tulisan tidak jelas ini. Bahkan beberapa dari kalian banyak yang memberikanku inspirasi! Terima kasih banyak! Mungkin setelah ini aku akan jarang mampir kemari, karena aku sudah disibukkan dengan kegiatan koasistensi :) jadi, sampai jumpa lagi! -Sal