Langsung ke konten utama

Postingan

-a conflict

Dog days-dog days seem never be bored to bother me. My mind says "suicide?" My heart says "no, no" Maybe someday they'll say "long story short, i survived" Or maybe not. -Sal
Postingan terbaru

Day 30. What I feel when I write

-Epilog- Lebih tepatnya aku malu dengan diriku sendiri karena kemampuan menulisku sudah tidak sebagus dulu lagi. Bahkan ketika aku memaksa diriku untuk menulis selama 30 hari, tetap saja aku tidak bisa mengembalikan apa-apa yang dulu kupunya. Mungkin aku telah berevolusi menjadi pribadi yang berbeda? Tapi aku senang. Aku jadi banyak berdialog dengan senandikaku sendiri, lebih tepatnya mendebat. Karenanya aku lebih memahami tentang diriku sendiri, terlebih tentang perasaan-perasaan yang kupikir sudah hilang, namun sebenarnya masih ada serpihannya barang sedikit hehe Aku berterima kasih kepada kalian semua yang sudah membaca tulisan-tulisan tidak jelas ini. Bahkan beberapa dari kalian banyak yang memberikanku inspirasi! Terima kasih banyak! Mungkin setelah ini aku akan jarang mampir kemari, karena aku sudah disibukkan dengan kegiatan koasistensi :) jadi, sampai jumpa lagi! -Sal

Day 29. Future

Hal menyebalkan lainnya dalam hidup ialah kau begitu mengetahui apa-apa yang ada di masa lalu, namun kau tidak tahu apa-apa tentang masa depan sama sekali. Lalu kau menyalahkan dirimu sendiri di masa lalu atas penyesalan yang kau dapati hari ini. Kau merasa sudah sangat berhati-hati, tapi tetap saja masa depan adalah sebuah misteri. Kalaupun aku punya mesin waktu, aku lebih memilih pergi ke masa lalu. Bertemu diriku yang dulu, mungkin aku akan berkata padanya bahwa "masa kini yang aku rasakan tidak semenyenangkan yang selalu ada dalam bayangmu". Bila aku pergi ke masa depan, aku terlalu takut mengetahui hal-hal buruk yang aku alami terlebih dahulu. Sedangkan aku tahu, bahwa takdir tidak akan berubah sekeras apapun upayaku. Alih-alih memikirkan masa yang berbeda dimensi, lebih baik aku memikirkan hari ini. Seberapa kerasnya usaha yang dilalui, seberapa banyaknya rintangan yang berhasil dilewati. Alih-alih menyesali, lebih baik aku bersyukur atas diriku sendiri.

Day 28. Loving someone

Faktanya aku tidak terlalu mudah untuk mencinta. Jika namanya terus-menerus berputar di kepala, maka aku rasa aku mencintainya. Jika dirinya terus-menerus berada di hati seolah tak peduli betapa kuat aku menepisnya, maka aku rasa aku mencintainya. Jika aku merasa senang berada di dekatnya seolah ingin terus-menerus berada di sana, maka aku rasa aku mencintainya. Faktanya, aku ahli memendam rasa. Aku tak terlalu peduli dia menganggapku sebagai apa. Aku juga tak menganggapnya siapa-siapa. Faktanya, jika dunia seolah merestuiku dengannya, jika keadaan terus-menerus memberi momen tanpa aku harus mencipta, aku justru bingung harus berbuat apa. Jadi, sekarang apa yang kulakukan sebaiknya? -Sal

Day 27. Someone who inspires me

Aku tidak bisa menentukan siapa dan siapa. Sebab bagiku inspirasi bisa datang dari siapa saja. Mungkin kamu juga salah satunya. Dulu, kupikir Stephen William Hawking adalah sosok yang paling inspiratif di dunia. Kukira kisah perjalanannya menguak black hole dalam segala keterbatasan fisik yang beliau punya akan menamparku sekeras-kerasnya. Namun tidak selalu seperti itu pada nyatanya. Bukankah inspirasi selalu bersumber dari kebaikan? Di mana setiap rantainya selalu memicu bergeraknya roda kehidupan. Maka dari itu, aku sangat-sangat berterima kasih padamu atas kebaikan yang pernah kamu berikan. -Sal

Day 26. School

Aku hampir tidak pernah kepayahan saat aku bersekolah. 12 tahun di sekolah swasta, hidup serba ada, dan semua tersedia. Bahkan sulitnya mencari sekolah jenjang berikutnya sama sekali tidak pernah kurasakan, karena aku merupakan siswa berkelanjutan. Titik balik hidupku terjadi dimulai saat aku berkuliah. Merantau keluar kota dan jauh dari orang tua. Merasa kepayahan kala hidup sendiri, belum lagi jurusan ini membuatku berubah seperti zombie . Seperti kata Nadin, "kereta ini melaju terlalu cepat". Sampai-sampai aku tidak sadar bahwa aku baru saja sampai di salah satu stasiun yang kutuju. Karena hidup memaksaku untuk tidak berada di peron berlama-lama, maka aku bergegas menaiki kereta kembali untuk menuju ke stasiun lainnya. Bedanya kali ini, aku harus menentukan stasiun-stasiun yang menjadi tujuan selanjutnya seorang diri. Aku menyenderkan kepalaku ke jendela, tenggelam dalam pikiran-pikiran rumit tidak tercerna, lalu bertanya-tanya, setelah ini aku harus kem

Day 25. Something inspired of the 11th image on my phone

Mula-mula pada sabtu malam aku memutuskan keluar seorang diri. Sekadar untuk menikmati udara segar dan mengistirahatkan pikiranku yang jemu berhari-hari. Tak lama setelahnya, aku sampai di sebuah toko roti ala prancis, orang-orang biasa menyebutnya dengan patisserie . Aku masuk tanpa malu-malu mengucap " Bonsoir !" dan disambut dengan ramah tamah dua pelayan cantik yang sedang menjaga. Sebuah patisserie yang tidak begitu besar dengan aroma butter yang menyeruak di seluruh sudutnya. Bermacam pastry seperti croissant, pain au choco, pain aux raisin, eclair, mille feuille, hingga roti-roti seperti baguette, pain de campagne, serta pain viennois, tersusun estetik di etalase, layaknya menggoda mata-mata yang memandangnya. Bersyukur aku tidak sedang ingin menyesap gula, aku putuskan membawa pulang dua baguette gandum pada akhirnya. Aku kembali bersenda gurau kepada pelayannya sembari mengucap " merci beaucoup !" dan ditimpali dengan gelak tawa. Aku meman